pemberdayaan-dan-pemandirian-rohingya

Kisah Rohingya di Aceh, waktu ini telah memasuki hari ke-40. Sudah lebih dari sebulan dahulu kisah pilu mereka berdengung kencang ke seluruh dunia. Setelah melarikan diri dari tanah Arakan, Myanmar selanjutnya terombang-ambing berminggu-minggu di Samudera luas, dan akhirnya di selamatkan oleh kebaikan hati ribuan masyarakat Aceh Utara.

Sejak itu serta, beraneka ragam pihak baik individu maupun institusi, nasional maupun interasional berbondong-bondong datang ke Aceh memberikan secuil kebaikan bagi para pengungsi Rohingya.

Tak perlu ditanya lagi macam mana akbar nya penerimaan yang amat sangat terbuka dari masyarakat Aceh. Rohingya diselamatkan, disambut bersama gemar cita, dan dirawat dgn hingga hari ini. Mereka adalah tamu mulia yang mungkin saja sengaja dikirimkan Allah sebagai bentuk ladang pahala bagi segenap muslim di tanah air.

Kini Ini, di tengah dekapan erat bermacam macam komunitas lintas negara, ribuan pengungsi Rohingya di Aceh makin mantap bercita-cita buat memandirikan hidupnya dan menjadi manusia yanglebih berdaya. Tak Sedikit pihak sudah memberikan komitmennya untuk bersama-sama membuat design dan mengawal berbagai program pemandirian pengungsu Rohingya. Melalui sinergi AksiSerentak Tanggap (ACT), sekian tidak sedikit Instansi multinasional seperti Falah E Insyaniyat Foundation/FIF (Pakistan), Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KP3A) KabupatenAceh Utara, Malteser International (Jerman) dan yang terakhir Daarut Tauhid (DT) sudah lebih dahulu memulai pemandirian dan pemberdayaan bagi ribuan pengungsi Rohingya. Nantinya diharapkan,setelah menetap di Integrated Community Shelter (ICS) ribuan pengungsi Rohingya mampu mandiri memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing.

Daarut Tauhid bersama ACT pula juga sebagai langkah awal mengadakan pelatihan pertanian sistem hidroponik untuk para pengungsi laki laki Rohingya, pada Rabu (24/6) pekan dahulu. Buat pelatihanpertama ini, 20 laki laki yang terdiri dari kaum Bapak dan pemuda antusias terlibat dalam pelatihan. Tahapan pertama ini dipilih kaum cowok juga sebagai peserta mengingat kaum laki-laki lah yangnantinya bisa menjadi tulang punggung keluarga.

Sedangkan untuk kaum perempuannya, akan dilatih setelah para pengungsi pindah ke ICS.

Berdasarkan kisah yang ceritakan oleh para relawan ACT yang mendampingi pelatihan, saking semangatnya mengikuti pelatihan mereka para lelaki Rohingya menanam sekaligus 3 bibit kangkung dan 1 bibit slada dalam satu alat, padahal dalam satu media tanap seharusnya hanya untuk satu bibit.

Materi pelatihan pertanian pula rencananya tak mampu berakhir terhadap materi hidroponik saja, ke depan sinergi Lembaga utk pemandirian pengungsi ini pun sudah menyiapkan banyaknya pelatihan pertanian dan perkebunan produktif lain. Seperti pemberdayaan lewat pertanian, pengelolaan ternak, ikan dan lainnsya.

Masyarakat Aceh tidak ingin memuliakan mereka sesederhana yang dipikirkan Lembaga internasional macam UNHCR dll. yang hanya memberikan bantuan fisik semata tak bersama adanya pemberdayaan.

Bersama rakyat Indonesia pula lembaga-lembaga kemanusiaan nasional dan global, masyarakat Aceh ingin melayakkan mereka : memberi kesempatan hidup menjadi orang yang berdaya dan bisabangkit dari ketersisihan.

(CAL)

Sumber